Sekitar 3 bulan yang lalu, istri saya menelpon saat saya yang sedang istirahat di kantin sekolah bersama rekan saya.
Terisak-isak suara istri saya saat itu saya dengar melalui pembicaraan telepon (andai melalui Skype, mungkin akan saya dapati wajah istri saya terlihat pucat, mungkin?!).
Pokok pembahasan telpon kurang lebih begini: Istri saya memberitahukan saya bahwa adiknya kecelakaan, dan sedang ada di ruang operasi di rumah sakit, entah rumah sakit mana, dan si penelepon minta transfer uang sekian Rupiah untuk biaya operasi.
Kronologisnya:
1. Ada penelpon yang nomornya baru, tidak ada dalam daftar kontak kita (tentunya kita tidak mungkin berteman dengan si penipu ini, kalau saja kita berteman dengannya, ada dalam kontak telepon kita, tentu ketahuan kediamannya [sejatinya teman haruslah saling mengetahui dimana kediaman masing-masing], dan matilah dia).
2. Si penelpon mengaku dari sekolah (tempat anak kita bersekolah), dan tau nama kita dan nama anak kita, dan beberapa data penting lainnya sebagai penguat bahwa yang penipu bicarakan ini adalah benar anak kita, yang mana data atau info penguat tersebut dia gunakan untuk memanipulasi pikiran kita sebagai korbannya.
Selain data penguat, si penipu ini juga menggunakan 'crisis time' dalam dialeg pembicaraannya, sehingga kita sebagai korban terfokus atau terhipnotis pada hal tersebut, dan membuat kita tidak bisa berfikir secara sistematis dan logis lagi (istilah gaulnya 'baper', atau 'bawa perasaan').
{
Q: Kata ilmu Psikologis ya?
A: Bukan, tapi kata saya.
}
3. UUD, Ujung-Ujungnya Duit. Begitulah ujung-ujung pembicaraan. Si penipu ini meminta agar korban mengirimkan sejumlah uang ke rekening yang telah disediakan oleh si penipu ini sebagai 'biaya operasional', atau apalah istilah bahasa yang mereka gunakan itu.
4. Cerita bersambung di sekuel selanjutnya....
Lama ah nunggu sekuel segala, sekalian saja saya tulis materi selanjutnya.
Hari ini, Rabu, 11 Januari 2017, saya dapati teman saya, Ipeb Bekabe, menelpon saya (yang nomor saya dia dapati dari grup WhatsApp kelas kami waktu SMA) untuk mengkonfirmasikan kabar adiknya.
Kronologisnya:
1. Saya mandi (sudah mau selesai), telpon berbunyi, diangkat istri saya, dan saya menemui istri.
F*******: Ipeb yang nelpon.
RB: Ipeb Bekabe pasti (dalam hati).
Ryan Bekabe: Ada apa bro?
Ipeb Bekabe: Gini bro, tadi mama gue ditelpon orang, katanya adik gue kecelakaan. Adik gue X MIPA 4.
RB: Adik mu sekolah di MAN ya bro? Santai dulu bro. Dulu mama mertua ku juga pernah dapat telpon yang begitu.
IB: Bla bla bla bla....
RB: Bla bla bla bla.... Ya sudah, siapa nama adikmu, biar ku cari dikelas.
IB: Bla bla bla bla.... Nanti ku beritahu lewat SMS.
IB: Nama adikku bla bla bla, X MIPA 4.
RB: Siap komandan (karena Ipeb sebenarnya memang TNI, dengan tugas di luar kota).
2. Sesampai di sekolah, saya temui kelas X MIPA 4, dan ketemu adiknya Ipeb, dan apa yang terjadi, baik-baik saja. Saya telpon Ipeb, dan dia bicara dengan adiknya langsung. Tak cemas lagi.
Beruntung punya orang dalam di sekolah tersebut.
IB: Wah..., terima kasih bro. Gue lega nih.
RB: Santai saja bro. Sama-sama.
Kebetulan di sekolah saya, para murid tidak boleh bawa HP, sebagai teman dan karyawan/guru yang baik, saya gunakan saja HP saya untuk komunikasi mereka (Ipeb dan adiknya), agar sekolah tak jadi objek untuk dimintai tanggung jawab, dan meredakan kecemasan teman saya tadi.
----
Untuk saat ini, nama-nama sekolah yang dijadikan objek penipuan modus kecelakaan saat jam sekolah ini antara lain:
Kota: Palangka Raya.
Sekolah: SMP 6, SMA Muhammadiyah, MAN Model, SD Integral Hidayatullah.
Kejahatan penipuan melalui telepon dengan modus kecelakaan pada murid di jam sekolah ini sudah ada sejak tahun 2012, dan mulai berjalan lagi di tahun 2017 ini.
Berikut beberapa referensinya:
1. https://youtu.be/_yXgmHK-adA
2. www.laporpolisi.com/4670/laporan-penipuan-kecelakaan-anak-di-sekolah
3. www.jawapos.com/read/2016/11/06/62572/penipuan-modus-baru-yakni-anak-kecelakaan
Adapun yang menjadi pertanyaan:
1. Apakah ada orang dalam (karyawan sekolah, teman sekelas) yang menjadi agen penipuan ini? Semoga tidak ada, ya.
2. Apakah admin yang memiliki kumpulan data semua siswa di semua sekolah di suatu kota yang menjadi mengedar data? Semoga tidak, ya.
3. Apakah sebenarnya data (suara) kita disadap saat bertelpon lama dengan seseorang, terlebih membahas masalah sekolah anak (untuk kasus yang ini)?
4. Untuk tahu jawabannya, bisa tanyakan ke aparat yang telah berhasil menangkap agen penipuan ini.
Keyword: telpon, penipuan, modus, kecelakaan, sekolah
No comments:
Post a Comment