Monday 19 November 2018

White Alice, Cikal Bakal IoT (Internet of Thing)

Konspirasi Satelit
Lalu benarkah seluruh komunikasi tersebut memerlukan infrastruktur satelit? Apalagi menurut kalangan Flat Earth satelit sebenarnya tidak ada. Satelit hanyalah kebohongan dari badan antariksa yang diatur oleh segelintir elit global. 

Tujuannya adalah menguras uang rakyat demi memperkaya diri. Sebab seperti di Amerika serikat, NASA dibiayai oleh negara, dan biaya tersebut tentu berasal dari pajak yang dibayarkan oleh setia rakyat. Biayanya juga tak main-main dan mencapai jutaan dollar.


Pendapat kalangan Flat Earth tentang satelit juga diperkuat dengan beberapa fakta, bahwa langit itu rendah dan tidak bisa ditembus. Dibuktikan dengan misi pengeboman langit dengan bom nuklir yang dilakukan oleh Amerika dan Uni Soviet. 

Pada tahun 1958-1962 dengan nama operasi HANE yakni High Altitude Nuclear Explosions. Sejarah ini dulunya adalah top secret dan diungkap kepada publik pada tahun 2012. Bom yang diledakkan di langit 1000x lebih dahsyat dari bom Hiroshima dan Nagasaki.

Dalam sudut pandang agama islam juga dijelaskan tentang menembus langit, pada surat QS Ar- Rahmaan(55) : 33 yang artinya “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”


Jadi jika langit tidak bisa ditembus dengan bom nuklir yang ledakannya luar biasa, bagaimana mungkin roket yang membawa satelit mampu terbang tinggi dan mengorbit diluar bumi. Fakta selanjutnya adalah, kita tidak pernah bisa melihat satelit yang konon katanya berjumlah ribuan. 

Kalau kita bisa melihat benda langit menggunakan teleskop, kenapa tidak bisa melihat satelit. Padahal teknologi teleskop manusia cukup canggih yang katanya mempu melihat benda langit yang jaraknya ribuan tahun cahaya.

Kembali ke satelit, faktanya setiap kali peluncuran satelit yang disiarkan di TV kita tidak pernah benar-benar melihat bagaimana satelit saat sampai di langit. Roket akan diluncurkan dan arahnya melengkung, selanjutnya gambar akan berubah dalam bentuk animasi CGI. 

Pertanyaanya adalah jika provider punya satelit, kenapa mereka membangun jaringan kabel fiber optik yang panjangnya ribuan kilometer dan membentang antar benua? Jika ada satelit kenapa harus bangun tower BTS dimana-mana?

Mengirim Informasi Tanpa Internet dengan White Alice
Teknologi White alice sudah dikembangkan sejak tahun 1950 oleh militer Amerika serikat. Cara kerjanya adalah dengan menembakkan sinya melalui penel khusus ke langit dan akan dipantulkan oleh atmostfir ke penerima yang jaraknya ratusan kilometer. 


Pada dasarnya langit mempu memantulkan sinyal tanpa adanya satelit. Teknologi white alice mirip dengan parabola, antara pengirim dan penerima harus disesuaikan sudut koordinatnya agar mampu mengirim dan menerima informasi.

Jadi jika tanpa satelit kita bisa mengirim informasi, kenapa harus menggunakan satelit. Bukankah biaya untuk membangun infrastruktur semacam white alice jauh lebih murah dibandingkan mengirim satelit ke luar angkasa. 

Well, akhirnya ada referensi pendukung untuk menciptakan internet gratis tanpa provider. IoT.

Terima kasih referensi dari rekan Pendik.
While Alice Project. Sebuah konspirasi yang menjadi cikal-bakal kebohongan satelit.
Yang hebat itu bukan yang bisa menciptakan satelit. Yang hebat itu orang yang berbohong bahwa semua itu karena satelit, bukan karena lapisan langit (atmosfer) yang telah Rabb Yang Maha Pencitpa ciptakan.
Belajar lagi ilmu Gelombang Elektromagnetik. Dan para pendidik yang mengajarkan tentang tersebut, kiranya jangan telan mentah-mentah hukum yang orang b*r*t ciptakan. Jadikan para peserta didik bisa mengenbangkan idenya lagi, buatlah karya nyata atas susksenya belajar materi tersebut.

Mulanya, karena kurangnya bahan / perlengkapan yang diperlukan, maka internet gratis tanpa beli paket data internet ini hanya bisa berjalan melalui medium suara.

Ya memang ini agak pemborosan resource, dan mbluder, dan 'mustahil'.
Mustahil adalah kata pamungkas bagi para penganut paham ideologi konsumtif. Bagi mereaka, "Ngapain capek-capek pakai ini pakai itu untuk mendapatkan itu, tinggal beli saja".

Sedang dalam hukum kreatifitas, tidak boleh ada kata "Tidak". Toh zaman sebelum listrik ditemukan/diciptakan, lampu berwarna putih; gemerlapan; terang sehingga menjadi senter, itu adalah hal yang mustahil, hal yang tidak mungkin. "Yang namanya lampu ya dari api obor".

Begitu juga telekomunikasi jarak jauh menggunakan HP, oleh orang yang hidup di zamannya bilang, "Ah mustahil". Kaum primitif selalu pesimis lebih dulu. Dan setiap menemukan ide kreatif dari orang "Ah itu tidak mungkin. Buang-buang waktu. Mending beli saja. Mending tidur. Mending makan." Dan mereka tak tau bagaimana rasanya jika benda karya orang yang dia pandang sebelah mata tersebut, justru digunakan oleh generasi setelahnya, dan bisa bermanfaat sebagai sebaik-sebaik perangkat.

Tamat deh cerpennya....