Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Bulan puasa bulan yang penuh berkah.
Tarawih adalah shalat yang dilaksanakan pada malam bulan Ramadhan tepatnya setelah shalat Isya, jumlah rakaatnya 20 rakaat dan 10 kali salam ditambah 3 rakaat shalat witir dan 2 kali salam.
Kalau dilihat dari rakaat sih memanglah banyak (apalagi yang tidak sering shalat,hihihi…), tapi tidak apalah masa orang sanggup tapi kita tidak sanggup. :-)
Ya “Masa orang sanggup tapi kita tidak sanggup”, semoga kalimat ini bisa memacu kita!
Semua orang tentunya memiliki kesibukan masing-masing, entah mengajar, belajar, menulis, blogging, programming, atau apalah tidak bisa disebutkan satu-satu karena terlalu banyak. :-)
Namun alangkah indahnya jika kita mau meluangkan sedikit waktu kita untuk melaksanakan shalat tarawih. Mungkin bagi orang tua memang siap sedia melaksanakan shalat tarawih berjamaah di mesjid, namun bagaimana dengan anak-anaknya?
Tapi bagaimana pula jika orang tua pun enggan ke mesjid untuk melaksanakan shalat tarawih di mesjid, bagaimana pula dengan anak-anaknya?
Ibarat sebuah peribahasan “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, begitu pula dengan anak kita. (upppsss…,penulis belum punya anak,masih muda :-)).
-Cerita ini hanyalah fiktif, maka mohon maaf jika terjadi kesamaan-.
Sebuah keluarga (ibarat keluarga A) yang terdiri dari ayah, ibu, kakak dan adik adalah keluarga yang sakinah mawahdah wa rahmah, mereka tidak mau ketinggalan dalam melaksanakan ibadah baik itu wajib maupun sunah.
Bagaimana dengan keluarga B. Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, kakak dan adik adalah sebuah keluarga yang tidak terlalu taat namun tetap selalu menjalankan kewajiban. Bagaimana jika keluarga B ini mau berubah menjadi layaknya keluarga A? Coba kita lihat prosesnya: Seorang ayah yang memiliki kerja sampingan di malam hari sebagai penjual jagung bakar yang ditemani isterinya. Kakak seorang pelajar SMU, dan adik pelajar SD yang mengerjakan PR sekolah atau belajar. Sama pula halnya keluarga A.
Suatu malam ayah dari keluarga A sepulang dari tarawih datang menghampiri ayah di keluarga B. “Hai saudara ku, dapat banyak kah kamu hari ini?”, “Tidak saudara ku. Kau ‘lihatlah ini’, masih banyak dan hampir tidak tersentuh pula”, jawab ayah keluarga B. “Tak apa saudara ku. Lihatlah diriku, aku sengaja libur, karena aku ingin mengajak keluarga ku dalam melaksanakan tarawih berjamaah, toh setahun sekali, kalau kerja mah kita tiap hari tinggal rezekinya saja yang tidak setiap hari maka marilah kita meminta pada-Nya, Insya Allah akan diberikan-Nya ”, “Ya saudaraku, Insya Allah mulai besok aku ikut ‘menjalankannya’”, jawab ayah keluarga B.
Keesokan malam, ayah, ibu, adik keluarga B ingin berangkat ke mesjid. “Tole, kau tak ikut nak?”, tanya ibu kepada kakak. “Tidak Bu, saya lagi ngerjai PR”. “Lho…,
Nah dari cerita di atas terlihat bahwa kakak dari keluarga B berubah pikiran sehingga dia berjalan searah keluarganya (walaupun kenyataannya tak semudah itu). Ya ini lah ibarat “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”.
Semoga ada yang bisa digali dan diambil pelajaran dari cerita ini.
Kejanggalan dalam penulisan ini adalah disengaja, maka kiranya pembaca dapat menerjemahkannya sendiri.
Jika terjadi ‘kesamaan’ yang tidak dinginkan dalam realita maka itu hanya kebetulan dan mohon dimaafkan, karena ini hanyalah tulisan fiktif.
Ambil baiknya, tinggalkan yang buruknya.
Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Wassalam….
No comments:
Post a Comment