Friday 28 September 2018

Jika saat ini kita masih bermental bajakan

Sejak duduk di bangku SMP, saya sudah familiar dengan yang namanya barang-barang bajakan. Mulai dari VCD bajakan, MP3 bajakan, DVD bajakan, kaset bajakan dan lain sebagainya.
Barang bajakan adalah hal yang lumrah di kota saya. Bahkan sepertinya bukan hanya di kota saya, namun juga di negara saya tercinta, Indonesia.
Tiga tahun di bangku SMP, kemudian saya melanjutkan pendidikan ke SMK. Di sana pun tidak jauh berbeda, hanya saja, yang dibajak lebih variatif. Misalnya? Sistem Operasi, Software, Game dan semacamnya. Siapa yang tidak kenal dengan Windows bajakan? Dengan hanya modal CD atau DVD plus file notepad yang berisi serial number, kita sudah bisa menginstall Windows XP, Vista, Windows 7, dst dengan bebas dan tanpa perasaan bersalah sedikitpun.
Tidak bisa dipungkiri, hal-hal semacam ini sudah mendarah daging. Tak terbersit sedikitpun keinginan untuk membeli lisensi asli dari benda-benda tersebut dengan alasan harganya yang relatif mahal.
Kebiasaan ini berlangsung selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya saya mulai menyadari bahwa apa yang telah saya lakukan selama bertahun-tahun tersebut adalah sebuah kesalahan fatal.
Saya yang bekerja sebagai Programmer atau lebih spesifiknya lagi adalah sebagai seorang Web Developer, mulai merasakan pedihnya “tidak dihargai”. Di awal-awal terjun ke dunia Web Developer, saya merasa bahwa jasa saya dibalas dengan harga yang “kurang sesuai” jika dibandingkan dengan usaha yang saya lakukan. Hal ini berlangsung selama bertahun-tahun. Client saya selalu kabur ketika saya mencoba untuk menaikkan harga.
Lalu apa hubungannya “tidak dihargai” dengan “kebiasaan menggunakan produk bajakan”? Begini, produk bajakan adalah produk yang bisa kita gunakan dan nikmati secara gratis, padahal, si pembuat produk tersebut mengerjakannya dengan susah payah. Dengan terus menerus menggunakan produk bajakan, maka secara tidak langsung kita tidak menghargai hasil jerih payah si pembuat produk tersebut.
Pernahkah kita membayangkan betapa susahnya membuat sebuah Sistem Operasi Windows XP? Bayangkan jika kita adalah si programmer yang membuat Sistem Operasi tersebut selama bertahun-tahun, lembur, begadang, stres, kemudian ada orang yang dengan seenak jidat menginstall tanpa membayar sepeserpun dari hasil jerih payah kita selama bertahun-tahun tersebut. Apa yang kita rasakan?
Dari sini saya berkaca, jangan-jangan ini yang membuat rejeki saya mentok di situ-situ aja. Lalu, saya mulai bertekad untuk meninggalkan hal-hal yang berbau bajakan secara bertahap. Saat itu saya mulai dengan mengganti Sistem Operasi di komputer kantor dari Windows 7 bajakan ke Linux Ubuntu. Susah? Pasti. Pekerjaan jadi sedikit lebih sulit karena saya belum terbiasa, tapi karena tekad yang sudah bulat, akhirnya saya bertahan menggunakan Ubuntu selama beberapa tahun, bahkan tidak hanya komputer di kantor, laptop dan komputer di rumah pun akhirnya saya ganti ke Ubuntu.
Dengan menggunakan Sistem Operasi Linux, saya bisa menutup celah untuk menggunakan software-software bajakan yang biasa saya gunakan di Windows.
Perlahan tapi pasti, perpindahan dari Windows bajakan ke Linux membuat saya terbebas dari software-software dan game bajakan. Setelah kurang lebih dua tahun berlalu, rejeki saya mulai membaik. Apakah ini ada hubungannya? Sampai sekarang saya masih yakin : ada.
Tidak lama kemudian, saya mulai terpikir untuk terjun ke dunia internasional melalui UpWork. Singkat cerita, saya mendapatkan beberapa pekerjaan dari sana, dan income pun terus meningkat. Sampai akhirnya saya berhasil pindah dari Ubuntu ke MacBook. Di macOS, saya benar-benar terbebas dari bajakan. Namun, di awal-awal, saya masih sering mendownload film dan musik bajakan. Seiring berjalannya waktu, saya mulai mengurangi kebiasaan menonton film bajakan dan sampai sekarang saya sudah tidak pernah menonton lagi. Jika harus menonton pun, untuk sekedar mengisi waktu luang, saya lebih memilih menonton di TV. Dan untuk musik, saya beralih ke Spotify Premium.
Di sisi pekerjaan sebagai WordPress Developer, dulu saya sempat berpikir bahwa dengan menggunakan themes dan plugin bajakan akan bisa mendatangkan keuntungan yang lebih karena saya tidak perlu keluar uang untuk membelinya. Tapi faktanya justru sebaliknya. Saya justru mendapatkan keuntungan lebih ketika saya membeli themes dan plugin berlisensi. Kalo dalam agama Islam, istilahnya penghasilan jadi lebih berkah dan berlimpah.
Mahal? Relatif. Semua tergantung persepsi kita. Jika mental kita terus-terusan percaya bahwa kita tidak mampu membeli lisensi dan hanya bisa menggunakan bajakan, maka itulah yang akan kita dapatkan.
Tapi jika kita percaya bahwa kita bisa lebih baik dari itu, maka kita akan bisa meraihnya.
Saat ini, Alhamdulillah, atas izin Allah, insya Allah saya sudah benar-benar bebas dari hal-hal yang berbau bajakan. Semua berkat tekad yang kuat untuk berhijrah ke jalur yang benar. Dan itu semua membawa dampak positif ke rejeki dan kehidupan.
Trust me. It works.
Jika saat ini kita masih bermental bajakan, mulailah untuk berubah dari sekarang. Bisa jadi, itulah yang selama ini menghambat peningkatan kualitas hidup kita.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

Sumber:  Kerja Remote

No comments: