Friday 30 October 2015

Pernikahan - BAB Suami: Suami yang Penurut

Pernikahan - BAB Suami: Suami yang Penurut
Seperti kebanyakan yang tercatatkan peristiwanya, ketaatan istri terhadap suami adalah ketaatan yang dihukumi setelah ketaatan pada Rabb.
Jadi, jikalah istri disuruh taat, maka derajatnya setelah kewajiban taat pada Rabb-nya, adalah taat pada suaminya.
Jika suami tidak ridha atas suatu hal, maka berdosa bagi istri melakukan hal tersebut.
Seperti halnya larangan Rabb yang dilanggar, maka berdosa bagi si pelanggar.
Dan berlaku kebalikan, yakni jika ditaati, maka pahala atasnya.
----
Sebagai penghargaan suami kepada istri, yang telah berkenan hati menerimanya dari sekian banyak 'penantang' lainnya, misalnya.
Atau sebagai penghargaan atas bersedianya menjadi penenyenang (penyejuk) hati, dan karena telah ikhlas dalam mengandung anaknya dan menjaga harta dan rahasia (kekurangan/keburukan)nya.
Maka sebagai tanda terima kasih tersebut, menuruti segala kehendak hati istri adalah bentuk rasa syukurnya. Dengan catatan, selama apa yang dikehendaki tersebut bukanlah hal yang membawa banyak mudharat.
Dan mungkin saja si suami memiliki prinsip, "Selama aku masih diberi kecukupan atas pemenuhan keinginannya, kenapa tidak. Karena, bisa saja akan ada masa sempit dimana aku tak bisa berbuat banyak untuknya. Dan Rabb lebih mengetahui hal tersebut".
----
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (Al-Furqan - 25:74)
----
Kendati (meskipun) demikian, jika Rabb memberikan cobaan-Nya, ikhlaskan apa yang telah diberikan dimasa lalu.
Karena menurut daya pikir akal manusia, adalah hal yang sungguh-sungguh sulit mengikhlaskan apa yang telah diberi, bahkan sang Ibu bisa saja mengutuk anaknya karenanya, dalam legenda Malin Kundang misalnya. Karena, pemberian Ibu sungguh-sungguh banyak tak terhingga yang bahkan kita tak akan bisa membalasnya seumur hidup kita.
Semoga hati kita dimudahkan dalam keikhlasan di masa lalu. Ikhlas pada perangai istri yang kadang sempat membuat terluka, pun kita yang cenderung lebih banyak berpeluang membuat hati rapuh lagi penyayangnya (istri) luka.
Ikhlas karena Rabb, karena segala sesuatu bahkan nyawa yang menghidupkan raga mati ini (jasad) pun akan kembali pada Rabb.
Ikhlas dalam ibadah, hidup dan mati karena Rabb.
Aamiin....
----
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Tagabun - 64:14)
----
Mencari dan mengharap Wajah-Mu dalam pernikahan
----
26 Oktober 2015 - RHS
Freelance writter, public servant, thinker-teacher-dreamer
Want to make a donation?
BCA: 8600432053
BRI: 4542-01-018801-53-3
Mandiri: 159-00-0068323-4
Name: Riyan Hidayat Samosir

No comments: